Saat Jazirah Arab Terpecah dan disatukan Kembali di Bawah Khilafah Rasyidah
Saat orang-orang mulai murtad, keluar dari agama islam setelah wafatnya Rasulullah SAW. Abu Bakar As-Shiddiq berdiri tegar dengan gagah berani, menghadapi orang-orang murtad, Abu Bakar pun berkata, Demi Allah jika mereka menolak membayarkan zakat satu unta saja yang dulu mereka bayarkan kepada Rasulullah, aku akan perangi mereka. Maka terjadilah perang-perang besar antara Umat Islam dan orang-orang Murtad. Perang-perang yang menghancur leburkan kekuatan orang-orang murtad. Maka saat itulah Allah SWT melindungi islam dengan Abu Bakar As-Shiddiq dan dengan Jenderal legendaris Umat Islam Khalid bin Walid.
Perang riddah merupakan medan pertempuran terbaik di mana umat islam mengeluarkan kemampuan terbaik mereka, dan dalam pertempuran-pertempuran melawan orang-orang kafir tersebut, umat islam menambah pengalaman mereka dalam pertempuran. Sebelum nantinya para prajurit muslim bertempur dalam penaklukan dan pembukaan kota-kota di luar jazirah Arab. Sehingga, satu prajurit muslim, memiliki kesempatan untuk bertempur dalam sekitar 10 pertempuran, bahkan sebagian prajurit muslim saat itu telah memiliki pengalaman bertempur sebanyak 30 pertempuran. padahal para jenderal Persia dan Romawi, rata rata mereka hanya mengalami sekitar seperempat pengalaman para prajurit muslim, apalagi para prajurit persia dan romawi yang tentu saja pengalaman perang mereka lebih sedikit. Ini lah yang membuat pengalaman perang pasukan muslim menjadi yang paling banyak di antara pasukan-pasukan lain di seluruh Dunia. Karena itulah, para prajurit muslim pun berkembang menjadi prajurit-prajurit tangguh yang tunduk kepada mereka prajurit-prajurit terbaik dunia.
Setelah Abu Bakar As-Shiddiq dan Umat Islam berhasil mengalahkan pasukan Tulaihah Al-Usdi di Madinah, sebagaimana telah kita bahas di video sebelumnya, Abu Bakar As-Shiddiq membagi pasukannya menjadi beberapa panji. Dan setiap panji dipimpin oleh seorang komandan. Dan Khalid bin walid ditunjuk sebagai panglima tertiniggi di dalam pasukan muslim tersebut. Abu Bakar As-Shiddiq mengingkatkan pasukan muslim, bahwa sebelum mereka memerangi orang-orang murtad, mereka harus melantunkan azan, dan jika orang-orang murtad tersebut menjawab azan, dan mendirikan shalat, maka itu adalah tanda bahwa mereka telah kembali kepada islam. Maka setelah itu, mereka tidak perlu lagi mengangkat senjata. Dan jika orang-orang murtad itu tidak menghiraukan azan, maka itu adalah pengumuman bahwa perang akan dimulai.
Setelah itu Khalid bin Walid bergerak menuju Bazakhkah, saat Thulaihah Al-Usdi mengetahui tentang kekalahan saudara laki-lakinya, Habbal di dekat kota madinah, dan ketika Thulaihah mendengar kabar pergerakan khalid bin Walid, Thulaihah pun segera mengumpulkan kekuatan dari kabilah usud, selain itu Thulaihah juga mengirim surat kepada kabilah Ghatafan untuk meminta bantuan. Maka setelah itu salah satu pemimpin kabilah Ghatafan pun datang kepada Thulaihah untuk mendukung sang nabi palsu tersebut, pemimpin ghatafan tersebut ialah Uyaynah bin Husn. Selain itu, Kabilah Fazarah juga ikut datang mendukung pasukan Thulaihah. Tidak hanya itu, Kabilah Thai juga ikut bergabung dengagn pasukan Thulaihah Al-Usdi. Tetapi pemimpin kabilah Thai adalah seorang muslim, dia adalah Uday bin Hatim At-Thoi. Uday pun tidak senang kabilahnya bergabung dengan Thulaihah si Nabi Palsu, Uday pun meminta izin kepada Abu Bakar, agar menunda penyerangan terhadap Thulaihah, agar Uday mendatangi kaumnya dan mengajak kaumnya untuk tidak bergabung dengan Thulaihah si Nabi Palsu. Uday pun mengajak kabilahnya untuk Kembali kepada jalan yang benar dan Kembali memeluk islam. Uday tidak ingin kabilahnya mati dalam keadaan kafir.
Abu Bakar As-Shiddiq pun mengizinkan Uday bin hatim. Maka Uday pun bergerak untuk bertemu kabilahnya dan mengajak mereka masuk islam. Akhirnya Uday berhasi meyakinkan kaumnya untuk masuk islam, dan tidak lagi mendukung Thulaihah, namun kaumnya mengatakan, bahwa mereka telah terlanjur mengirimkan pasukan yang cukup besar kepada Thulaihah di Bazakhah. Maka kabilah Thai meminta agar Umat Islam tidak menyerang Thulaihah terlebih dahulu, sampai Kabilah Thai menarik pasukan mereka dari markas Thulaihah Al-Usdi. Kabilah Thoi takut jika Thulaihah tahu bahwa kabilah Thoi telah masuk islam, Thulaihah akan menghabisi pasukan kabilah Thoi yang ada bersama Thulaihah. Udah bin hatim pun bergerak menemui khalid bin walid, dan meminta khalid bin walid agar menunda penyerangan terhadap Thulaihah selama tiga hari, sampai pasukan Thoi mundur meninggalkan Thulaihah dan pulang kembali ke kampung mereka. Namun khalid bin walid menolak permintaan Uday,. Khalid berkata, bahwa dia tidak akan menunda penyerangan Terhadap Thulaihah, karena semakin ditunda, kabilah yang bergabung bersamanya dan murtad akan semakin banyak. Uday pun memohon, beri waktu tiga hari wahai khalid, dan jangan kau kirim keluargaku ke neraka. Uday pun berjanji bahwa dia akan mengirimkan 500 prajurit dari kabilah Thoi untuk membantu pasukan muslim. Khalid pun setuju dan khalid akhirnya memberikan waktu tiga hari kepada Uday bin Hatim. Uday pun mengirimkan beberapa untusan untuk menarik pasukan kabilah Thoi dan meminta izin kepada Thulaihah untuk membawa pasukan kabilah thoi pulang kembali ke kampung mereka, karena khalid bin walid sedang menyiapkan pasukan untuk menyerang kabilah thoi. Dan pasukan kabilah thoi harus pulang ke kampung mereka untuk melindungi penduduk kampung mereka. Thulaihah pun mengizinkan pasukan kabilah thoi untuk pulang ke kampung halaman mereka, dan memerintahkan pasukan kabilah Thoi untuk tetap tegar menghadapi pasukan khalid bin walid. Dan thulaihah saat itu tidak menyadari, bahwa pasukan yang pergi itu nantinya akan langsung bergabung dengan pasukan saifullah al-maslul pedang Allah khalid bin Walid. Maka stelah itu pasukan kabilah Thoi pun bergerak ke markas pasukan muslim dan bergabung bersama pasukan khalid bin walid. Begitu Thulaihah mendengar kabar tersebut, dia pun marah, namun hal itu sudah tidak dapat dicegah lagi olehnya.
Selain itu, Uday bin Hatim juga berhasil meyakinkan Kabilah Judailah untuk bertaubat kepada Allah dan kembali kepada islam. Kabilah Judailah pun mengirimkan pasukannya untuk bergabung bersama pasukan muslim. Maka pasukan khalid bin walid saat itu mencapai 5000 prajurit. Sedangkan kabilah Thulaiah Al-Usdi saat itu berjumlah sekitar 15.000 prajurit. Pasukan thulaihah saat itu telah bersiap-siap, berlatih dan menunggu kedatangan Khalid bin Walid. Khalid bin Walid pun mengirim dua orang sahabat untuk memantau kondisi jalan menuju Bazakhah, markas Thulaihah Al-Usdi. Dalam perjalanan, dua sahabat itu bertemu dengan Habbal saudara laki-laki Thulaihah dan seorang prajurit lainnya. Habbal pun tewas di tangan dua orang sahabat tersebut, sedangkan satu prajurit kafir lainnya kabur dan kembali ke markas thulaihah Al-Usdi. Thulaihah saat itu pun sangat marah ketika mendengar kemattian saudara laki-lakinya. Thulaihah pun pergi bersama saudaranya yang lain untuk menghadapi dua orang sahabat nabi tersebut. Hingga akhirnya dua orang sahabat nabi tersebut wafat, dan setelah itu Thulaihah dan saudaranya pulang kembali ke Bazakhah.
Ketika khalid bin walid bergerak menuju Bazakhah, dalam perjalanan, dia mendapati dua orang sahabat yang memantau kondisi jalan menuju Bazakhah telah tewas. Khalid bin walid pun marah dan bersumpah untuk membalaskan dendam atas kematian dua sahabatnya tersebut. Khalid bin Walid pun memerintahkan pasukannya untuk bergerak secepat mungkin menuju Bazakhah. Saat Khalid bin Walid tiba ke lembah Bazakhah di malam hari, Khalid memerintahkan pasukannya untuk menyalakan api saat memasuki lembah bazakhah. Khalid bin walid dan pasuukan muslim pun memasuki lembah bazakhah dengan membawa obor dan dengan menggemakan takbir. Orang-orang yang ada di markas Thulaihah saat itu pun kaget melihat pasukan muslim yang datang dan menyerang markas orang-orang kafir. Pasukan thulaihah pun ditimpa ketakutan yang luar biasa. Setelah itu pasukan muslim menghentikan perang, dan menunggu hingga pagi hari datang. Dan setelah pagi hari datang, kedua pasukan pun berbaris saling berhadapan.
Thulaihah saat itu memberikan tampuk kepemimpinan tertinggi dalam pasukan kepada Uyaynah bin Hushn, salah satu pemimpin kabilah . Thulaihah pun berusaha mengembalikan kepercayaan diri pasukannya, setelah semalam diserang dengan serangan mendadak oleh pasukan muslim. Thulaihah pun mengatakan, bahwa wahyu telah turun, bahwa para malaikat mendukung Thulaihah, dan bahwa pasukan muslim akan lari tunggang langgang. Para sahabat yang mendengar kata-kata thulaihah pun spontan tertawa. Salah satu sahabat nabi pun berkata, demi Allah, jika dia diam, itu akan lebih baik baginya. Uyaynah bin Hushn, pemimpin kabilah Fazarah yang memimpin pasukan Thulaihah sebenarnya sudah tahu bahwa Thulaihah bukanlah seorang nabi, tetapi Uyaynah saat itu hanya menjadi sekutu bagi Thulaihah, karena ada kepentingan politik yang mendorongnya bergabung dengan pasukan Thulaihah. Karena tidak mungkin bagi kabilah fazarah untuk menghadapi pasukan muslim tanpa dukungan pasukan Thulaihah. Setelah Thulaihah selesai menyampaikan wahyu bohongnya, Uyaynah pun segera memerintahkan pasukannya untuk menyerang orang-orang muslim.
Pasukan muslim pun maju dan bergerak dengan cepat ke arah pasukan kafir. Strategi khalid saat itu ialah memukukl pasukan Uyaynah dalam pukulan pertama, sehingga pasukan kafir kelelahan dan kemudian mundur, dan saat itulah pasukan khusus Khalid bin walid akan maju menyerang pasukan kafir. Setelah pasukan pertama menyerang dengan serangan yang dahsyat, khalid bin walid pun memerintahkan pasukan khusus untuk maju menyerang, maka terjadilah perang yang saangat dahsyat antara kedua pasukan. Pasukana khusus ini adalah pasukan-pasukan terbaik umat islam. Dan sebagaimana yang diperkirakan oleh khalid, umat islam saat itu mampu memukul pasukan Thulaihah. Ketika Uyaynah melihat satu persatu pasukannya tewas, dia pun langsgung menuju kemah Thulaihah, Uyaynah pun bertanya kepada Thulaihah, apa yang harus mereka lakukan. Thulaihah pun mengatakan, bahwa Jibril belum mengabarkan apa-apa kepadanya. Uyaynah pun kembali ke medan perang, dan mendapati pasukannya semakin tertekan dan tidak berdaya di hadapan pasukan muslim. Uyaynah pun bergerak kemballi ke kemah Thulaihah, dan berkata, beritahu kami, apa yang harus kami lakukan. Thulaihah pun mengatakan, Jibril belum datangnya kepadaku hingga saat ini, maka Uyaynah pun putus asa dan kembali ke medan pertempuran sambil berusaha menahan serangan pasukan muslim. Namun pasukan muslim saat itu cukup kuat, sehingga pasukan thulaihah pun tidak berdaya di hadapan pasukan muslim. Saat itulah Uyaynah menyadari bahwa kekalahan sudah di depan mata, dan tidak mungkin bagi pasukan Thulaihah untuk mengalahkan pasukan muslim yang sangat kuat tersebut. Maka uyaynah pun bergerak kembali ke kemah Thulaihah, dan berkata, orang-orang muslim sudah memukul mundur pasukan kita, apakah jibril sudah datang kepadamu? Maka Thulaihah pun menjawab, ya Jibril telah datang dan mengatakan, bahwa engkau akan memiliki perlengkapan pembuat roti, dan kisahmu tidak akan dilupakan. Uyaynah pun mengatkan, ya kisahmu tidak akan dilupakan oleh bangsa Arab, tetapi kisahmu akan menjadi kisah kegagalan dan kekalahan, wahai pembohong...
Uyaynah kemudian kembali ke medan pertempuran kemudian dia berteriak, wahai Bani Fazarah, pergilah, karena aku pun akan pergi, dan jangan kalian mati demi pembohong ini. Bani Fazarah pun pergi kabur, dan pasukan Thulaihah pun semakin sedikit dan melemah. Khalid bin Walid pun memrintahkan pasukannya untuk melakukan penyerangan habis-habisan. Pasukan sayap kiran dan sayap kanan pun bergerak maju untuk mengepung pasukan Thulaihah. Maka pasukan Thulaihah al-usdi pun hancur dan berhasil dikalahkan seluruhnya, dan mereka pun kabur ke kemah-kemah mereka. Thulaihah yang melihat bahwa pasukannya telah kalah pun kabur, dan dia pun menyuruh pasukannya dari bani Usud untuk kabur. Thulaihah pun kabur hingga ke perbatasan syam. Pasukan muslim pun akhirnya berhasil menangkap Uyaynah bin Husn dan dia pun dibawa ke hadapan khalid bin walid. Uyaynah pun dibawa ke hadapan Abu Bakar As-Shiddiq. Uyaynah pun berkata, demi Allah aku tahu bahwa Thulaihah adalah seorang pembohong. Dan engkah wahai khalifah Rasulillah tidak pernah berbohong kepadaku sama sekali. Aku memohon maaf kepadamu dan aku bertaubat, dan aku bersumpah, bahwa aku tidak akan keluar dari islam dan aku tidak akan keluar dari ketaatanku kepada khalifah Rasulillah. Abu Bakar pun menerima maaf dari Uyaynah, dan Uyaynah pun kembali kepada islam hingga akhir hayatnya.
Kabilah Bani Usd pun semakin terpojok dan mereka mengetahui bahwa mereka tidak bisa lari dari pedang Allah, maka mereka pun kembali kepada islam dan bertaubat. Khalid bin walid pun menerima kabilah bani usud kembali ke dalam islam, dan demikian pula Abu Bakar as-shiddiq. Dan ketika Tulaihah melihat bahwa kaumnya telah kembali kepada islam, tulaihah pun bertaubat dan kembali kepada Islam. Dalam riwayat disebutkan bahwa Tulaihah sangat menyesali perbuatannya, dan dia pun menjadi seorang muslim yang baik. Tulaihah bahkan ikut berkontribusi dalam perang Qodisiyah dan Nahawan yang di sana Umat Islam berhasil menghancur leburkan pasukan kekaisaran persia. Bahkan Tulaihah kelak wafat sebagai syahid dalam peristiwa Nahawan. Dengan demikian, maka Khalid bin Walid telah berhasil meredam pemberontakan bani usd dan gatafan secara keseluruhan.
Setelah itu khalid bin walid bergerak menuju Yamamah dan Bahrain, yang di sana seorang nabi palsu lainnya bermarkas, yaitu Musailamah al-Kazzab. Namun selain itu, setelah para pengikut Uyaynah berhasil dikalahkan, para pengikut Uyaynah selanjutnya memberontak kembali dan berkumpul di bawah kepemimpinan seorang perempuan, sepupu dari Uyaynah bernama Sulma binti Malik. Mereka pun bersumpah untuk memerangi pasukan muslim sampai tetes darah penghabisan. Ketika khalid bin walid mendengar tentang pemberontakan Sulma dan pengikutnya, khalid bin walid pun segera datang bersama pasukannya untuk menghadapi pasukan Sulma. Sulma saat itu selalu menaiki unta berwarna putih. Dia memipin pasukannya untuk memerangi orang-orang muslim. Sulma memimpin sendiri pasukannya di medan pertempuran. Khalid pun menyadari, bahwa Sulma memang memprovokasi pengikutnya untuk berperang melawan Umat islam. Dan jika Sulma berhasil dibunuh, maka urusan akan selesaai. Tetapi Sulma dilindungi oleh sejumlah besar prajurit. Khalid bin walid pun bergerak ke arah Sulma. Dan pasukan muslim pun mulai menyerang para prajurit yang menjadi Sulma. Seratus prajurit terbunuh sebelum pasukan muslim berhasil mencacpai Sulma binti Malik. Khalid bin walid pun berhasil mendekat ke arah Sulma, dan menghabisi sulma yang kemudian jatuh dari untanya. Saat pasukan Sulma melihat pemimpin mereka tewas di tangan saifullah khalid bin walid, maka mereka pun kehilangan semangat mereka, dan mereka pun menyerah kepada khalid bin walid. Di sini kita melihat keberanian khalid bin walid, jika seseorang takut melihat peristiwa yang mengancam hidupnya, maka bisa kita bayangkan berapa kali khalid bin walid menghadapi musuh-musuh islam yang mengintainya dengan senjata dari depan dan dari belakang.
Setelah khalid bin walid mengatasi pemberontakan sulma bin malik, dia pun bergerak menuju kabilah bani Salim. Mereka adalah salah satu kabilah yang memiliki kemampun perang paling tinggi di antara banggsa arab. Namun mereka menolak membayar zakat setelah wafatnya Rasullah SAW. Khalid bin walid memiliki hubungan yang sanggat dekat dengan Bani Salim. Bani salim juga ikut berjuang bersama khalid dalam pernag hunain dalam satu pasukan. Khalid bin walid pun mengirim surat kepada bani saalim, bahwa khalid tidak ingin mengirim mereka ke neraka dengan pedangnya, dan khalid saangat berharap agar bani salim dapatt kembali memeluk islam dan bertaubat kepada Allah SWT. Tetapi abu Syajar sang pemimpin kabilah menolak untuk menjalankan nasihat khalid bin walid. Abu syajar sangat yakin dengan kekuatanpasukannya. Maka khalid bin walid pun bergerak untuk menyerang bani salim. Khalid mengingatkan pasukannya seebelum peperangan dimulai agar pasukan muslim tidak beerlebihan dalam menyerang bani salim. Jika bani salim telah kalah, maka itu sudah cukup, agar tidak terjadi kekerasan yang berlebihan terhadap bani salim.
Maka pasukan muslim pun melancarkan serangan yang dahsyat terahdap pasukan bani salim. Di awal peperangan bani salim mampu menahan serangan pasukan muslim. Namun di tengah gempuran yang sangat kuat dan terus menerus dari pasukan muslim, pasukan bani salim akhirnya mulai goyah dan melemah, dan setelah itut bani salim pun mulai berlarian dan kabur. Saat itulah khalid bin walid mengingatkan pasukannya agar tidak berlebihan dalam menghabisi pasukan bani salim. Setelah itu salim pun menyerah, dan mereka pun akhirnya kembali kepada islam. Setelah itu kabilah-kabilah yang lain pun menyaadari bahwa kekuatan pasukan muslim sangat kuat, dan umat islam tetap teguh pendirian untuk membela kebenaran dan menjaga keislam bangsa arab, maka satu persaatu kabilah yang murtad pun mulai kembali kepada islam. Seperti kabilah hawazin yang telah bertaubat dan kembali mengirim zakat kepada khalifah Rosulillah, demikian juga kabilah-kabilah lain yang satu persatu menyatakan keislaman mereka. Khalid bin walid tidak lansung menerima keislaman mereka, sampai kabilah-kabilah tersebut menyerahkan orang-orang yang teelah menyakiti umat muslim. Orang-orang yang menyakiti umat islam itu pun akhirnya dieksekusi sebagai bentuk qisos atas perbuatan mereka.
Demikian perjuangan umat islam dalam memadamkan pemberontakan tulaihah bin khuwailid dan Sulma binti Malik. Namun pemberontakan Nabi Palsu belum selesai, perjuangan Umat Islam pun belum selesai dalam menyatukan umat islam dalam agama islam yang lurus, seperti apakah perjuangan umat islam selanjutnya, in sya Allah akan kita lanjutkan di video-video selanjutnya. Terima kasih anda telah menonton video ini sampai habis, dan sampai ketemu lagi di video selanjutnya in sya Allah, wassalamu’alaikum wr wb.
Part II
Di video sebelumnya kita telah membahas bagaimana khalid bin walid Bersama pasukannya menghancurkan kekuatan Nabi Palsu Thulaihah Al-Usdi yang didukung oleh pasukan besar sejumlah 15.000 prajurit yang berasal dari berbagai kabilah Arab. Maka pasukan Thulaihah Al-Usdi pun hancur, dan Thulaihah pun bertobat dan kembali masuk islam, setelah itu Khalid juga telah menghancurkan kekuatan Bani Salim, dan bani salim pun telah masuk islam, demikian pula kabilah-kabilah lain, seperti Bani Fazarah, Hawazin, dan Gatafan. Pasukan Sulma binti malik juga telah dihiancurkan, dan pengikutnya juga telah kembali kepada islam.
Dengan demikian Abu Bakar As-Shiddiq dan Umat Islam telah berhasil menyatukan hampir seluruh wilayah islam di jazirah Arab, kecuali sebagian wilayah timur dari jazirah Arab, Yang mendiami bagian timur dari Jazirah Arab, salah satunya ialah Kabilah Tamim dan Kabilah Taglib. Kabilah Tamim adalah salah satu kabilah yang penting dan salah saatu yang paling besar di Jazirah Arab. Kabilah ini menguasai hampir seluruh wilayah timur dari jazirah Arab. Meliputi Oman, bahrain, dan seluruh wilayah di pesisir selat Arab. Dan saat itu hampir seluruh kabilah Bani Tamim telah menjadi pengikut Musailamah Al-Kazzab, sang Nabi Palsu.
Salah satu kelompok penting di dalam Kabilah Bani Tamim ialah Bani Yarbu’. Kaum Yarbu’ dipimpin oleh seorang pemimpin bernama Malik Bin Nuwairah. Malik ialah orang yang dahulu diperintahkan Nabi Muhammad SAW untuk memimpin Bani Hanzolah sebelum beliau wafat. Bani Hanzolah ialah salah satu kabilah di dalam Bani Tamim. Dahulu Malik bin Nuwairah ditugaskan oleh Nabi Muhammad untuk mengambil zakat dari bani Hanzolah dan Bani Yarbu’ untuk dikirim kepada Nabi Muhammad di Madinah. Malik cukup berhasil dalam tugas tersebut, dan Malik telah mengirimkan zakat secara teratur kepada Nabi Muhammad SAW.
Namun setelah Nabi Muhammad wafat, Malik bin Nuwaairah membawa kembali zakat yang telah dikumpulkan dan mengembalikannya kepada orang-orang kabilah Hanzolah dan Kabilah Yarbu’. Dia pun mengatakan, Nabi Muhammad telah wafat, maka harta zakat ini sekarang adalah milik kalian. Maka sejak itu orang-orang Bani Tamim tidak lagi membayar zakat.
Sementara itu di dalam Bani Taglib ada seorang pembohong besar bernama Sajjah At-Taglabiyah. Sajjah ini mengaku sebagai nabi. Maka malik bin Nuwairah pun bersekutu dengan Sajjah untuk menguasai wilayah yang ada di sekitar daerah kekuasaan Kabilah Tamim dan kabilah Taglib. Setelah kekuatan yang dimiliki Sajjah dan Malik bin Nuwarah dianggap cukup kuat, mereka pun kemudian menyerang Yamamah, kediaman musailamah Al-Kazzab. Tetapi pengikut Sajjah dan Malik dari Bani Tamim menolak menyerang Yamamah, karena Musailamah Al-Kazzab memiliki ribuan pengikut dari kalangan Bani Tamim. Namun Sajjah si Nabi palsu berkata, kalian harus menyerang yamamah, dan memukul gemuruh burung merpati. Kata-kata ini memiliki sajak dalam bahasa arab, Ɣlaikum bil yamamah wa duffu dafifal hamamah. Kata-kata puitis ini digunakan untuk memberikan kesan bahwa Sajjah memang seorang Nabi. Setelah mendengar kata-kata Sajjah, orang-orang Bani Taglib pun mulai yakin untuk menyerang Musailamah Al-Kazzab di Yamamah.
Namun selanjutnya Musailamah Al-Kazzab malah memilih untuk berdamai dengan Sajjah. Maka Musailamah dan Sajjah pun bersekutu untuk menyatukan kekuatan mereka. Sementara itu Malik bin Nuwairah malah ditinggal sendirian, dan tidak lagi dijadikan sekutu oleh Sajjah. Malik bin Nuwairah pun harus berjuang sendirian bersama kabilah Tamim untuk bersiap menghadapi pasukan umat islam yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Persekutuan Musailamah dan Sajjah ini tentu saaja membuat malik bin Nuwairah sangat marah dan galau.
Setelah khalid bin walid mengetahui bahwa malik bin nuwairah telah bersekutu dengan Sajjah si Nabi Palsu, Khalid bin walid pun segera bersiap-siap untuk memerangi Malik bin Nuwairah dan kabilahnya. Namun sebagian pasukan umat islam menentang khalid bin walid, karena Abu Bakar as-shiddiq memerintahkan pasukan muslim untuk menetap dahulu di Bazakhkah setelah kekalahan Thulaihah Al-Usdi dan tidak bergerak ke mana pun hingga datang perintah dari Abu Bakar As-Shiddiq. Khalid pun berkata, apakah setiap aku mengeluarkan perintah, kalian menyuruhku untuk mengirim surat dan meminta izin kepada khalifah, sedangkan jarak antara kita dan khalifah sangat jauh, dan butuh waktu berhari-hari untuk berkirim surat. Sedangkan ini adalah kesempatan bagi kita untuk menyerang, aku tidak membenci seorang pun dari kalian, maka siapa yang mau silahkan berangkat bersamaku, dan siapa yang tidak mau maka aku akan membiarkannya. Mendengar kata-kata khalid, seluruh pasukan muslim pun segera bersiap dan bergerak menuju Malik bin Nuwairah.
Malik bin Nuwairah menyadari bahwa tidak mungkin baginya mengalahkan pasukan khalid bin walid. Maka malik pun menyuruh kabilahnya untuk berpencar dan menghindari perang melawan umat islam. Dan Malik pun membebaskan kaumnya, bagi kaumnya yang ingin kembali kepada islam, maka mereka diizinkan untuk kembali memeluk agama islam. Ketika khalid tiba di wilayah Battah, kediaman Malik bin Nuwairah, khalid memerintahkan pasukannya untuk berpencar dan mengumandangkan azan. Jika orang-orang menjawab azan, maka itu merupakan pertanda bahwa mereka masih memeluk islam. Dan orang-orang yang tidak menjawab azan, maka mereka akan diperangi. Dharar bin Azwar pun mendatangi kediaman Malik bin Nuwairah dan mengumandangkan azan. Dharar bin azwar pun tidak mendengar malik bin nuwairah menjawab azan, meskipun ada prajurit lain, yaitu Abu Qotadah yang mengaku bahwa dia mendengar malik menjawab azan. Maka Malik bin nuwairah pun ditangkap dan ditawan, dan dibawa ke markas umat islam. Ada dua riwayat yang disebutkan at-Thobari tentang proses wafatnya Malik bin Nuwairah. Riwayat pertama disampaikan oleh At-Thobari bahwa Malik bin Nuwairah dibawa sebagai tahanan di sebuah malam yang dingin. Saat itu khalid bin Walid memberikan isyarat kepada Dharar bin Azwar untuk memadamkan para tawanan, kata-kata memadamkan ini ialah sebuah isyarat untuk mengeksekusi para tawanan, maka setelah itu malik bin nuwairah pun dieksekusi dan wafat. Riwayat kedua menyatakan bahwa Malik bin Nuwairah saat menjadi tawanan ditanya oleh Khalid bin Walid, mengapa dirimu mengikuti Nabi palsu dan tidak mau membayar zakat kepada khalifah. Malik pun menjawab bahwa dia tetap menjalankan shalat, namun dia tidak mau membayar zakat, karena hartanya ialah hak pribadinya, dan tidak ada yang berhak atas hartanya kecualinya dirinya. Khalid pun mengatakan, bukankah kau tahu, bahwa shalat itu terikat dengan zakat dan tidak boleh dipisahkan? Malik pun menjawab, bahwa sahabatmu dahulu mengatakan seperti itu. Yang dimaksud sahabat di sini adalah Rasulullah, Kemudian khalid pun marah dan mengatakan, jadi dia bukan sahabatmu? Setelah itu malik bin Nuwairah mengatakan hal buruk tentang Rasulullah, Khalid pun mengatakan, sungguh aku akan membunuhmu, Khalid pun memerintahkan Dharar untuk membunuh Malik, maka Dharar pun memenggal kepala Malik bin Nuwairah. Ini adalah salah satu peristiwa yang memiliki pengaruh besar di masa yang akan datang, jika bukan karena ini, bisa jadi Umar bin Khattab tidak menurunkannya dari jabatannya sebagai pemimpin tertinggi pasukan Umat Islam, karena Umar bin Khattab berpendapat bahwa Khalid menuduh Malik bin Nuwairah telah menjadi kafir, namun tuduhan itu belum benar-benar terbukti. Karena itu seharusnya Malik bin Nuwairah dikirim untuk menghdap khalifah Rasulillah, Abu bakar As-shiddiq. Agar malik diadili oleh Khalifah dan tidak diadili langsung oleh Khalid bin Walid. Meskipun sebagian besar ulama berpendapat bahwa barangsiapa menghina Allah dan RasulNya, maka dia telah murtad dan keluar dari islam dan berhak untuk dieksekusi, namun Umar bin Khattab menginginkan sebuah pemerintahan yang terpusat pada khalifah, agar setiap keputusan penting harus diputuskan langsung oleh Khalifah, agar tidak ada yang mengambil keputusan secara brutal dengan hawa nafsu masing-masing, tanpa berkonsultasi kepada Khalifah. Inilah letak perbedaan pendapat dalam kepemimpinan antara Khalid bin Walid dan Umar bin Khattab, hal ini menjadi salah satu penyebab diturunkannya Khalid bin Walid dari jabatannya kelak, saat Umar bin Khattab telah menjadi Khalifah.
Ada yang menuduh hal yang buruk terhadap khalid bin walid, bahwa khalid bin walid mengeksekusi malik bin Nuwairah untuk dapat menikah dengan istri dari Malik bin Nuwairah. Hal ini tidak sepenuhnya benar, meskipun nantinya istri dari Malik bin nuwairah memang menjadi milik Khalid, namun Khalid bin Walid memuliakan istri Malik bin Nuwairah, menunggu masa iddahnya, dan kelak menikahinya dengan resmi dengan membayar mahar untuknya. Dan khalid tidak memperlakukan istri malik bin Nuwairah dengan buruk. Istri malik Bin Nuwairah juga menikahi khalid dengan sukarela dan tanpa terpaksa. Karena istri malik tersebut enggan untuk hidup bersama Malik bin Nuwairah setelah Malik keluar dari islam. Karena istri dari Malik tersebut tetap dalam keislamannya, dan dia pun rela dinikahi oleh Khalid bin Walid.
Setelah wafatnya Malik bin Nuwairah, maka tidak tersisa lagi musuh islam di jazirah arab kecuali musuh terbesar islam saat itu, yaitu Musailamah Al-Kazzab. Musailamah Al-Kazzab sang pembohong dijuluki dengan julukan tersebut, ketika Musailamah mengirimkan surat kepada Rasulullah sAW, untuk berkongsi dalam kenabian. Dalam surat itu Musailamah menulis, dari Musaailamah Rasulullah, kepada Muhammad Rasulullah. Sesungguhnya aku telah berkongsi bersamamu dalam kepemimpinan. Nabi Muhammad pun mengirimkan surat balasan dan berkata, dari Muhammad Rasulullah, kepada Musailamah Al-Kazzab, sang pembohong, sejak itu Musailimah disebut dengan sebutan al-kazzab atau sang pembohong.
Musailimah telah mengaku sebagai nabi sejak Nabi Muhammad masih hidup yaitu di tahun 9 Hijriah, satu tahun setelah Fathu Mekkah. Setelah itu Musailimah pun mendapatkan banyak pengikut, terutama dari sebagian besar Kabilah Bani Hanifah, dan sebagian besar Kabilah Bani Tamim. Pengikutnya pun semakin banyak dari waktu ke waktu, hingga kekuatan pasukan perang Musailimah mencapai 40 ribu prajurit. Musailimah dan pasukannya bahkan telah berhasil mengalahkan Ikrimah bin Abi Jahal dan Syurahbil bin Hasanah, karena mereka berdua terburu-buru menyerang pasukan Musailimah, tanpa menunggu kedatangan Khalid bin Walid.
Setelah Khalid bin Walid dan pasukannya tiba dari Battah, maka jumlah pasukan muslim pun mencapai 13 ribu prajurit. Pasukan muslim tersebut harus menghadapi pasukan musailimah yang jumlahnya mencapai 40 ribu prajurit. Musailimah bersama pasukannya pun bergerak menuju wilayah Aqroba, di sana Musailimah menunggu kedatangan pasukan muslim. Maka pasukan muslim pun datang di bawah pimpinan khalid bin Walid dan pasukan muslim pun berkumpul di wilayah Jabilah. Kedua pasukan pun bersiap-siap menghadapi perang yang menentukan tersebut.
Kedua pasukan pun berbaris, dan Khalid bin Walid kemudian membagi pasukannya ke dalam beberapa kelompok. Pasukan tengah dipimpin langsung oleh Khalid bin Walid, sayap kiri dipimpin oleh Zaid bin Khattab, pasukan depan dipimpin oleh Syurahbil bin Hasanah dan Usamah bin Zaid. Dan bagian sayap yang lain dipimpin oleh Abu Huzaifah bin Utbah. Maka saat itu terjadi perang yang sangat dahsyat antara pasukan Muslim dan pasukan Musailimah Al-Kazzab. Meskipun serangan pasukan muslim sangat dahsyat, namun pasukan musailimah dengan jumlah mereka yang besar mampu menahan serangan pasukan muslim. Karena jumlah pasukan musailimah yang sangat besar, pasukan muslim akhirnya mulai terpukul mundur sedikit demi sedikit. Pasukan muslim pun mulai terlihat kelelahan. Pasukan belakang Umat Islam pun mulai mundur dan berlarian. Saat pasukan muslim mulai mundur, pasukan musailimah alkazzab pun mengikuti pasukan muslim dan mengejar pasukan muslim hingga mereka tiba di markas pasukan muslim. Saat itu orang-orang kafir pun mulai menjarah kemah pasukan muslim, dan pasukan kafir pun disibukkan dengan harta rampasan perang.
Saat itu khalid bin walid melihat kesempatan emas untuk membalikkan keadaan, khalid pun memerintahkan setiap pasukan untuk menyerang pasukan kafir yang sedang sibuk dengan harta rampasan. Maka ratusan pasukan musailimah pun tewas akibat serangan umat islam. Pasukan musailimah pun kembali berbaris dan mundur akibat tekanan pasukan muslim. Pasukan musailimah pun kabur ke markas mereka, dan saat itulah musailimah melihat pasukan muslim mengejar pasukan kafir hingga ke marakas mereka, musailimah dan pasukannya pun ditimpa kepanikan yang luar biasa. Kemenangan mereka di awal perang telah berubah menjadi kekalahan. Setelah itu zaid bin khattab bersama pasukannya bergerak menyerang pasukan musailimah, zaid bin khattab berhasil melihat celah dalam pasukan musailimah. Zaid dan pasukannya pun memberikan serangan yang sangat dahsyat kepada pasukan musailimah. Zaid bin Khattab akhirnya berhasil menghabisi salah satu tokoh penting di dalam pasukan kafir, yaitu Rajjal bin Anfawah. Namun pasukan musailimah berhasil menyerang zaid bin khattab, hingga akhirnya zaid pun wafat sebagai syahid. Setelah Rajjal bin Anfawah tewas, pasukan kafir pun mulai kehilangan kepercayaan diri mereka.
Rajjal bin Anfawah adalah seorang munafik yang menjadi tangan kanan Musailimah Al-Kazzab. Berkat jasa Rajjal bin Anfawah, musailimah mendapatkan banyak pengikut. Dahulu Rajjal bin Anfawah mengaku sebagai muslim di hadapan Rasulullah SAW. saat pertama kali Musailimah Al-Kazzab mengakut sebagai nabi, nabi Muhammad mengirim Rajjal bin Anfawah untuk menasehati Musailimah. Namun bukannya menasehati Musailamah, Rajjal bin Anfawah malah mengumumkan bahwa Rasulullah SAW telah berkongsi dengan Musailamah AlKazzab dalam kenabian. Maka banyak dari Bani hanifah menjadi pengikut musailaman Al-Kazzab, karena kata-kata Rajjal bin Anfawah. Maka Rajjal pun menyebabkan banyak penduduk jazirah Arab menjadi murtad dan menjadi pengikut Musailimah Al-Kazzab. Setelah Rajjal bin Anfawah tewas, Khalid bin Wallid bergerak dengan cepat dan berusaha menyerang musailimah dan membunuh untuk mematahkan semangat juang pasukan Musailimah, namun usaha tersebut gagal, dan serangannya mengenai salah satu prajurit Musailimah dan prajurit tersebut tewas. Umat islam pun semakin mendominasi jalannya peperangan, setelah itu umat Islam mulai menghabisi pasukan Musailimah satu demi satu. Ketika musailimah melihat kekalahan pasukannya di depan matanya, musailimah pun kabur dan berusaha berlindung di sebuah benteng yang tidak terlalu jauh dari lokasi petempuran, yang disebut dengan benteng Al-Hadiqah. Musailimah pun berteriak, pergilah berlindung di Al-Hadiqah. Maka sebagian besar pasukan musailimah pun membuka pintu benteng, dan setelah semua pasukan musailimah masuk, pintu benteng pun ditutup.
Peristiwa Hadiqotul Maut atau Taman kematian.
Setelah itu Khalid bin Walid berusaha untuk mempersiapkan pasukannya untuk melakukan pengepungan dalam jangka panjang. Setelah itu datang Barra ibnu Malik, saudara dari Anas bin Malik. Barra adalah satu prajurit terbaik Umat Islam. Barra Ibnu Malik memiliki ide untuk masuk ke benteng dengan cara menaiki tangga hingga melewati tembok benteng. Setelah malik tiba di dalam, dia berencana untuk membuka benteng tersebut. Para sahabat menolak ide Barra bin Malik karena takut jika nantinya Barra bin Malik tidak selamat dan menjadi korban dalam usahanya tersebut. Khalid bin Waliid pun mengatakan, tidak wahai Barra, jika kau lakukan itu maka kau membunuh dirimu sendiri. Barra pun malah berkata, aku yang akan membunuhnnya in sya Allah. yang dimaksud ialah membunuh Musailimah al-kazzab. Barra bin Malik kemudian memanjat tangga dan ia pun berhasil melewati tembok benteng dan masuk ke dalam benteng. Setelah itu Barra pun menghabisi para prajurit penjaga benteng, meskipun barra bin malik terluka karena serangan orang-orang kafir, namun akhirnya barra berhasil membuka pintu benteng.
Setelah itu pasukan muslim pun segera masuk ke dalam benteng seperti gelombang air. Pasukan musliim pun masuk ke benteng sambil mengumandangkan tahlil dan tahmid dan takbir. Maka terjadilah perang yang dahsyat antara pasukan muslim dan pasukan kafir yang ada di dalam benteng. Musailimah pun berjuang bersama pasukan dengan perjuangan yang luar bisa. Saat itu Musailimah diintai oleh Wahsyi bin Harb Wahsyi kemudian melemparkan tombaknya ke arah Musailimah, dan tombak itu pun mendarat di dada Musailimah al-kazzab, maka musailimah pun pun tewas tertusuk tombak. Maka tewaslah sang Nabi Palsu. setelah itu Abu Dujanah yang berada dekat dengan musailimah pun memastikan kematian sang nabi palsu dengan memenggal kepala musailimah al-kazzab. Namun Abu Dujanah kemudian diserang oleh pasukan musailamah al-kazzab, dan abu Dujanah pun kemudian wafat sebagai syahid. Diriwayatkan bahwa Wahsyi saat itu menggunakan tombak yang sama dengan tombak yang digunakan di perang uhud, untuk menghabisi nyawa paman Nabi Hamzah bin Abdul Muttalib. Wahsyi pun mengatakan, dulu aku sungguh telah membunuh salah satu manusia terbaik, yaitu Hamzah bin Abdul Muttalib, kemudian sekarang aku membunuh manusia terburuk, yaitu musailamah. Setelah musailimah tewas, pasukan yang ada di benteng pun menyerah dan menyerahkan senjata mereka. Mereka pun berusaha menyelamatkan diri mereka.
Setelah itu khalid bin walid bergerak ke benteng utama di yamamah, kemudian salah sattu pembesar bani hanifah pun mengatakan. Kepada khalid, sesungguh kabilahnya telah bersiap untuk menyerahkan seluruh harta bani hanifah kepada umat islam, dengan syarat perempuan-perempuan mereka dibebaskan. Khalid bin walid pun menyetujui syarat tersebut, maka dengan demikian Yamamah pun berhasil dibuka oleh Umat Islam. Dengan berakhirnya perang Yamamah, maka seluruh perang Riddah pun telah selesai. Dan perang-perang di jazirah Arab pun berakhir dengan kemenangan Umat Islam. Kemenangan ini juga menegaskan kuatnya pemerintahan islam di Jazirah Arab. Maka setelah itu seluruh kabilah arab pun masuk islam, dan tidak ada lagi yang murtad.
Di masa umar bin khattab nantinya Umar mengizinkan orang-orang muslim yang dahulu murtad untuk bergabung dengan pasukan muslim. Dengan keputusan ini, maka orang-orang yang dahulu murtad pun telah kembali kepada islam. Dan rentetan perang-perang besar di jazirah Arab pun akhirnya berakhir. Wallahu mutimmu nurihi walaw karihal kafirun, dan Allah menyempurnakan cahanya meskipun orang kafir tidak menyukainya. Dengan bersatunya umat islam di jazirah arab, maka Umar bin Khattab pun mampu mengirimkan pasukan secara bersamaan ke wilayah Syam dan Iraq, dan selanjutnya ke Mesir. Maka wilayah kekuasaan umat islam pun berkembang, dari yang sebelumnya hanya mencakup madinah, hingga mencakup seluruh jazirah Arab dan bahkan berkembang menjadi sebuah kekaisaran besar yang menguasai wilayah yang luas di timur dan di barat. Terbentang dari China hingga Spanyol, portugal, dan sebagian wilayah Perancis. Semoga Allah SWT meridhoi Abu Bakar as-shiddiq, Umar, Usman, dan Ali, dan semoga Allah SWT meridhoi saifullah al-maslul, pedang Allah Abu Sulaiman Khalid bin Walid, penakluk romawi dan persia, dan orang-orang murtad, dan semoga Allah SWT meridhoi para sahabat Nabi yang berjuang bersama mereka dan juga para syuhada yang mengorbankan jiwa dan raga mereka untuk menghancurkan musuh-musuh islam dan mengangkat kalimat Allah di tempat yang tertinggi. Terima kasih anda telah menonton video ini sampai habis dan sampai ketemu lagi in sya Allah, saya Mohammad Izdiyan Muttaqin, wassalamuƔlaikum wr wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar